Senin, 18 April 2011

EKSPEDISI TEROWONGAN SASAKSAAT

23/4/2009

Perjalanan ke Sasaksaat merupakan trekking yang gak disangka-sangka (gak nyangka jadi juga akhirnya). Trekking ini boleh aja dibilang sebagai Mission Impossible. Tentu saja julukan ini pantas dipakai karena bagaimana mungkin 2 orang manusia biasa yang bukan pakar SUPRANATURAL : alias Cuma penggemar SEPURNATURAL : berani-beraninya menembus Terowongan Kereta Api pas tengah malam. Sasaksaat yang katanya angker dan selalu minta tumbal ini membuat kami jadi tertarik untuk menelusurinya. Ini merupakan rangkaian perjalanan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, namun agak melenceng dari jadwal dan rute.

Seperti biasa, sabtu Sepulang kerja, RASA BINGUNG: selalu datang menghampiri. Mau dibawa kemana jiwa dan raga yang gemar mblusukkan ini. Tiba-tiba teringat dengan teman yang juga SENASIB SEPERSEPURAN denganku. Dialah Lukman yang sekarang sedang mengidap Gejala Kejiwaan alias gila sama kereta gara-gara ketularan Virus Railfans yang aku derita. Selaen terjangkit virus railfans, aku juga terdiagnosa mengidap gejala Chakepperzz. Suatu gejala yang membuat aki makin hari makin cakep. Enggak nular sih… tapi sukar untuk disembuhkan. :D

Udah dulu intermezonya… back to topic yowwwss. Oke, aku gak perlu mikir panjang lagi, langsung ku kontak lukman untuk mengajaknya treking binti mblusukkan. Namun kali ini gak cuman mblusuk, tapi juga Uka-uka alias uji nyali di tempat yang konon katanya angker ini. Setelah menjelaskan panjang lebar kali tinggi duduk (?) perkaranya, Dia pun tertarik & Siap gabung mblusuk bareng.

Perjalanan dimulai di Stasiun Bekasi dengan menngunakan KA Serayu Malam. Seperti biasanya, Kereta Rakyat ini lumayan telat, sampai pkl 21.43 WIB, Kereta yang dulunya bernama CIPUJA (Cilacap Purwakarta Jakarta) ini belum juga selonjor di peron 3 Stasiun Bekasi



Ekspedisi yang seharusnya memakai <strong “Rencana A” : jadi berubah menjadi <strong “Rencana Z” : alias benar-benr diluar perkiraan jadwal semestinya.

Akhirnya Kereta datang juga, namun di tempat duduk yang kami cari, sudah ditempati oleh orang lain. Mereka masih muda, kira-kira seumuran anak kuliahan. Tapi kayaknya gak berpendidikan, terlihat dari cara mereka bicara dan bersikap. Ketika kami tunjukkan tiket kami dengan nomor tempat duduk, mereka ogah pindah karena merasa lebih duluan masuk kereta (Mereka Naik dari Ps. Senen) dan tetep tidak mau pindah, padahal tiket mereka TD. Jangankan untuk duduk, untuk menempatkan barang-barang kamipun mereka ngotot nolak. Dengan santai salah satu dari mereka bilang “kalo mau, nebeng aja sini barengan sekalian!“ What ???!! ane yang punya kursi kok malah ane yang harus nebeng ma mereka. Beginilah karakter umum penumpang KA kita. Tapi ya.. mo gimana lg, berhubung Aku Railfans, aku harus nyaman berada dimanapun. Termasuk di Kereta Rakyat ini. Tak berapa lama, anak2 “terdidik“ ini diusir oleh petugas karena tiketnya omprengan. Lantas kami duduk juga akhirnya. Namun enggak lama karena begitu di Karawang ada ibu-ibu yang sudah lumayan senja. Tempat yang kami perebutkan itu aku serahkan ke Ibu itu... yah kalo kayak gini aku ikhlas... ketimbang membiarkan para kambing menguasai gerbong. Sebenernya ibu itu juga dapet tempat dudk karena dia sudah pesan tiketnya jauh-jauh hari. Tapi ya itu tadi.. sebagian penumpang kita adalah manusia-manusia egois yang ngerasa berhak atas segala sesuatu. Walaupun tidak semuanya demikian, tapi setidaknya inilah gambaran penumpang kita.

Dari Karawang hingga purwakarta, Perjalanan tampak biasa saja, tidak terlalu istimewa karena treknya lurus dan pemandangannya Cuma perumahan, sawah, dll. Barulah setelah cabut dari Purwakarta, perjalanan ini tampak agak menakjubkan. Pemandangan malam pegunungan yang sungguh mempesona : hening, sejuk, dan segudang predikat lain yang pantas untuk menggambarkan segala keindahan ini. Sebelum masuk Stasiun Ciganea, jalur KA bersilangan dengan Jalur TOL Jakarta Bandung. Wuihhhh... Rangkaian lampu kendaraan yang berjejer dari utara hingga ke selatan menjadi pemandangan yang tak kalah mempesona malam itu.

Oiya, berhubung tadi tempat duduk sudah dipakai orang lain, terpaksa kami pindah posisi. Tadinya kami ingin di pintu atau bordes. Tapi kayaknya di pintu pun udah penuh sesak. Bawaan yang banyak agak menyulitkan kami jika ada penumpang yang hendak naik atau turun melalui pintu ini. Akhirnya kami putuskan untuk naik di LOK. Saat itu di LOK hanya ada 4 orang. Kalo yang dikabin aku enggak tau ada berapa. Maaf kami terpaksa Naik di LOK. Bukan untuk gaya-gayaan, atau apalah... kami butuh gambar video jalur ini di malam hari. Dan LOK adalah posisi yang tepat untuk mengambil gambar dari berbagai sudut.

Kereta meliuk diantara gelapnya malam jalur Jakarta – Bandung. Pukul 23.35 WIB, Begitu menjelang Stasiun Maswati Kereta berjalan melambat. Ternyata disini ada banyak penumpang yang turun. Ada sekitar 20 orang yang mengakhiri perjalannanya di stasiun ini. Kemungkinan mereka adalah 1 rombongan. Coz di dalam KA pun mereka duduk berdekatan. N begitu akrab satu sama lainnya. Tapi entahlah... 1 rombongan ataupun bukan itu gak penting, karena mereka bukan tokoh utama dari cerita ini.

Nah, Gara-gara KA berhenti disinilah muncul ide tiba-tiba, gimana kalo nembus terowonganya sekarang aja. Alias gak usah nunggu besok atau siang. Pasti lebih seru. Lukman yang gak punya rasa takut inipun setuju. Dan akhirnya kami berdua ikut turun bersama penumpang lainnya.

Gelapnya malam tak menyurutkan niat kami untuk terus berjalan menyusuri Bentangan Rel. Untungnya kali itu langit nampak bersahabat meskipun di ufuk utara terlihat beberapa kilatan petir tanda mau hujan. Seperangkat alat penerangan menjadi sarana wajib yang harus dimiliki Oleh Anggota TPRM selain Jas Hujan dan Kamera.


Istirahat Sebelum tiba di Gardu JPTw arah Maswati. Sekalian Mengisi Amunisi n Mempersiapkan Mental untuk Ketemu yang begituan. Coz biar bagaimanapun ini adalah ekspedisi konyol yang mesti diperhitungkan faktor resikonya, sekecil apapun resiko itu pasti ada.

Briefing dulu


Sebelum mengaplikasikan <strong “Rencana Z” : ini, kayaknya perlu briefing dulu deh... terutama untuk memperhitungkan segala resiko yang bakal terjadi. Termasuk kerasukan, liat penampakan, kesasar di dunia lain, capek, lemes, ngetop, dipuja wanita, dll

ADU NARSIS SEBELUM MASUK TEROWONGAN SASAKSAAT :

Tiang Sinyal arah Maswati


Lukman di tiang sinyal (Ketularan Virus Railfans Niyeh...)


Masih di tiang yang sama….(beda gaya doang..)


Ketemu Gardu JPTw (Arah Maswati)


Gardu JPTw Arah Maswati


Setelah Narsis-narsisan selesai, Kami atur kamera pada posisi masing masing agar siap nembak begitu KA yang dinanti tiba. Aku di sebelah Kanan dekat dengan Gardu JPTw, sedangkan lukman disebelah kiri Rel. Sambil ngobrol ngalor ngidul selagi nunggu momen, makanan ringan jadi santapan yang istimewa disaat lapar dan haus di tempat yang jauh dari Hokben ini.

Kang lukman Ketiduran karena kelamaan Nunggu KA 171



Sebelum benar-benar melintasi terowongan ini, kayaknya gak seru kalo gak dapet gambar KA yang nongol malam hari dari terowongan ini. Itu sebabnya aku putuskan untuk menunggu sampai KA terdekat melintas disini. Kalo lihat Gapeka (Grafik Perjalanan Kereta Api) yang aku contek dari Sta. Purwakarta, Kereta yang sedang dalam perjalanan menuju kemari adalah KA 171 alias Serayu juga namun dari arah yang berlawanan dengan KA yang kami naiki.

Apa yang dinanti tak kunjung tiba... lama juga kami menunggu. Sendainya catatan ini bersuara, mungkin backSound yang cocok adalah lagunya Ridho Rhoma. “ sekian lama aku menunggu kedatanganmu ….. “. Kami mengontak TPRM Bandung untuk mananyakan posisi terkini KA 171, ternyata Serayu baru masuk Sta. Padalarang.

Saking lamanya (kerasa lama sih kalo orang nunggu mah), lukman sampai ketiduran. Berhubung enggak mau ketingalan momen, aku paksain untuk tidak tidur meskipun mata ini ngantuk juga. Selain capek karena seharian beraktivitas, juga hawa dingin yang merasuk, semakin menambah banyak daftar alasan untuk turut serta ketiduran bablas disini...

Sesekali, mata ini ikut terpejam alias terantuk antuk. Namun, naluri railfans yang lebih peka ketimbang telinga sendiri, memaksaku untuk tetap terjaga. Saat terantuk itulah aku mendengar hembusan kabar angin yang sepertinya KA kita sudah semakin mendekat. Berhubung lintas ini sepi dari aktivitas penduduk karena terletak didaerah yang cukup jauh dari pemukiman, Masinis menggunakan semboyan 35 alias membunyikan Klakson.

Barulah pada Pkl 01.47 WIB Dini hari. Desiran gemuruh Roda baja yang beradu dengan Rel terdengar semakin keras. Aku yang masih terantuk langsung take on position menuju Kamera yang sudah kupersipkan dengan tripodnya. Tak lupa membangunkan lukman yang sudah terlajur tidur pulas berwisata ke alam mimpi. Semua itu terjadi begitu singkat, lukman yang kalap karena teriakanku “Kereta datang !!!!” jadi kalap persis kayak orang linglung. Dia lupa dimana meletakkan kameranya. Padahal kamera ada di samping dia dalam posisi siap take picture. Ia berlari kearah terowongan, setelah benar-benar siuman, ia baru nyadar kalo kameranya tidak berada disana melainkan tepat disisi saat ia tidur.

Gemuruh suara Kereta semakin jelas terdengar disertai sorot lampu lokomotif yang semakin mendekat semakin terang…

Sesaat Sebelum Nongol dari Liangnya


Makin Keliatan Sorot Lampunya


KA 171 dari Sudut Lukman


Penumpangnya pada heran ... ada orang iseng disini


Yipz,,, akhirnya gambar sepur nongol di sasaksaat pas tengah malem berhasil kami peroleh. Langkah selanjutnya adalah mengemas kembali barang-arang yang sempat dikeluarkan dari PEDARINGAN seperti persedian air, Kotak P3K, Baterai cadangan, buku Catatan, Jadwal Perjalanan dan Gapeka, dll

Setelah semua beres.. tak lupa foto-foto dulu sebagai kenang-kenangan, takut-takut kalo nanti gak bisa pulang dari sini.

Persiapan Masuk :

Cek Perlengkapa & alat komunikasi


Ready To Go !


Lukman Juga siap go, Katanya



We are ready to go !

SUASANA DIDALAM TEROWONGAN :

Ternyata Terowongan Sakasaat tidak seperti yang kami (dan Orang lain) duga. Hawa hangat bekas kelewatan mesin lokomotif masih terasa. Suasananya begitu hening. Hanya ada suara dari derap langkah kami berdua. Sambil sesekali becanda untuk menghilangkan stress., penat dan kantuk.

Sama sekali tidak ada kesan angker disini. Tidak seperti saat melintasi terowongan lampegan. Badan kerasa ditarik dari belakang, perjalanan kerasa lama. Padahal Terowongan lampegan lebih pendek dari terowongan Sasaksaat. Pokoke, Begidik mah ada. Tapi di sasaksaat ini tidak terasa sama sekali. Kami begitu enjoy melintasinya…


Narsis dikit biar Makhluk halus pada ngiri .... hi... hii... hii...

Sampai di KM 143 Lukman mendengar suara tanpa rupa dari orang-orang yang pada tertawa pada suatu lubang, bentuknya seperti banyak orang sedang berada di sebuah lapangan yang luas. Namun tentu hal ini tidak bisa dicerna dengan akal sehat, bagaimana mungkin pada sebuah lubang berbentuk kotak kecil tapi mampu memuat banyak orang dengan suara yang lumayan nyaring. Tapi hal ini bisa dijelaskan secara sederhana yakni Seolah-olah kita seperti sedang menonton TV ukuran 5 Inch. aku sendiri tidak melihat apa-apa, hanya mendengar suaranya aja. Namun sewaktu Lukman memotret Penampakan tersebut yang tertangkap hanya Gambar kasar saja (dinding Terowongan). Kami tak mampu merekamnya. Aku Salut sama lukman punya nyali gede seperti ini. Dengan santainya ia bilang, “Gief ada suara orang pada ketawa, Kenceng banget, loe denger gak ?" “oh ini nih… Banyak bener gief …” aku yang penasaran dengan apa yang lukman katakana langsung berbalik arah menuju tempat dia. Ya... aku juga mendengar suara-suara itu, namun tak bisa melihat penampakannya. Suara dan penampakan yang berasal dari sebuah lubang (semacam lubang rembesan air) itu diabadikan oleh lukman dengan kameranya. Namun begitu di cek, ternyata tidak ada gambar apa-apa

Lubang tempat kami mendengar suara dan melihat Penampakan di Terowongan Sasaksaat


Penampakan Tak Jauh dari KM 143


Lukman sedang mengecek Hasil Foto Penampakan.


Yaudahlah... meski gak bisa ambil gambarnya, gak masalah. Toh tujuan kita kesini bukan untuk motoin mereka. Melainkan mencari gambar segala objek lintas kereta api. Kami melanjutkan perjalanan menuju stasiun Sasaksat. Bagi yang ingin melintasi terowongan ini, persiapkan saja mental secukupnya… gak usah takut tertabrak or gimana cz disisi kiri kanan terowongan terdapat sleko yang berjarak setiap 30 langkah.

Keluar terowongan


Akhirnya Kami berhasil keluar juga dari terowongan KA Aktif terpanjang di indonesia yang jaraknya hampir 1 kilometer. Tak Jauh dari sini ada Gardu JPTw yang kedua (arah Sasaksaat). Cahayanya begitu terang karena dilengkapi dengan Lampu Neon. tidak seperti di gardu yang pertama, hanya dengan bohlam 5 watt. Namun seperti halnya di Gardu yang pertama, di gardu ini juga tidak dijaga oleh petugas. Keduanya di gembok dari luar. Padahal menurut pengakuan PPKA Stasiun Sasaksaat, seharusnya gardu ini dijaga oleh petugas JPTw secara bergiliran tiap harinya. Biasanya mereka mengecek kondisi jalan di dalam terowongan terutama tingkat ketinggian air. Karena jika hujan turun dengan lebatnya, banyak air yang membawa sampah masuk kedalam terowongan. Yang pada akhirnya akan menggangu perjalanan KA. tapi Mungkin Petugasnya lagi pulang, atau mungkin juga males jaga. toh gak ada yang tau ini (gak bakalan ada orang yang kesini malem-malem)

Gardunya Tidak ada yang jaga


Hayo Berani Gak ?


Lumayan ada Sorot Neon Gardu JPTw yang begitu terang


Sampe di Papan Nama Stasiun Jam 02.31 Dini Hari. Rasanya tak sabar untuk segera tiba di Stasiun Sasaksaat. Penat..penat..penat…

Biasalah,,, buat kenang-kenangan


Suasana Stasiun Sasaksaat pada Pkl. 02.35 Dini Hari


Sorot Lampu KA Harina Bandung – Semarang


SASAKSAAT IN THE MORNING

tampak di Kejauhan, KA Parahyagan Yang Pertama dari BD


Tampak Dekat


Argo Gede dari BD diselimuti kabut pagi


Sinyal CDMA lumayan ada ...


SIANGNYA

Memotret Parahyangan bersilang Argo Gede


Parahyangan VS Argo Gede


Start to BD


Di sebelah selatan stasiun Sasaksaat terdapat 2 jembatan yang cukup panjang. Bahkan salah satu diantaranya katanya sih jembatan KA Aktif yang terpanjang di Indonesia. Tentu kami tak mau ketinggalan momen besar ini. Begitu jeprat-jepret Parahyangan Versus argo gede kelar, perjalanan dilanjutkan menuju kedua jembatan tersebut.

Cikubang berhasil kami lintasi dengan baik. Oh iya, bagi para railfans yang pengen atau doyan nyebrang jembatan kayak gini, HARAP PERHATIKAN GAPEKA . Karena denger2 dulu ada RF yang hampir tertabrak KA Barang (Kontainer) di jembatan ini. Hoby boleh aja, nekat boleh aja, gila juga silahkan, tapi harus tetap mikirin faktor resiko, kenyataan, dan logika. Berani aja gak cukup, harus diimbangi dengan hati-hati, Nekat aja juga gak cukup mesti dibarengi dengan Perhitungan yang matang dan Jangan lupakan faktor KEMAMPUAN. Karena KEMAUAN tanpa KEMAMPUAN sama aja dengan NGTK alias NAFSU GEDE TENAGA KURANG.

The Train @ Cikubang


Kebanyakan RF cuman motrek-motrek doang tanpa mau mengenali lebih jauh tentang objek yang mereka cintai terutama data-data teknis Perkeretaapian. Kalo kayak gini, RF tak ubahnya hanya seorang FOTOGRAFER (baik Profesional maupun amatiran) yang kebetulan aja objek bidiknya sama : KERETA API. Lalu ada juga karena merasa sang Pecinta Kereta lantas berbuat semaunya yang malah merusak (baik sengaja atau tidak) Properti atau sarana dan prasarana perkeretaapian. Tak usah Jauh-jauh, membuang sampah sembarangan di Kereta/stasiun, belum lagi budaya Cab Riding yang bagi railfans seolah-olah merupakan agenda wajib bahkan ada semacam hukum tak tertulis yang berbunyi : Bukan Railfans Kalo Belum CR-an. Para Pecinta Kereta Api yang semestinya jadi Front terdepan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam bertransportasi dengan kereta api justru memberikan contoh yang tidak baik yang malah cenderung merusak Citra Perkeretaapian Indonesia. Dan masih banyak contoh-contoh lainnya. Lalu apakah yang seperti ini masih juga disebut RAILFANS?

OK, Cukup selingan hatinya, Back to Topic :
Setelah berjalan Menyeberangi cirangrang dan Cikubang, kami mendapat kabar dari RF Jakarta jika ada RF lain yang sedang hunting di Cilame dan akan segera menuju Sasaksaat menggunakan Mandra/Argo Gentong alias KA Lokal Cibatu - Purwakarta. Akhirnya kami membatalkan perjalanan ke Cilame - Padalarang dan kembali ke Sasaksaat untuk bergabung dengan RF lainnya.

Ngadem @ Kolong Tol Cipularang


Lama juga menunggu mandra lewat. Selain terik panas, juga tenggorokan yang terasa kering. Makin membuat kami seolah tersiksa. Namun disinilah Indahnya. Aku bisa merasakan suka dukanya menjadi seorang Railfans. Berhubung sudah cinta & Ketagihan. Segala macam penderitaan ini tidak terlalu menjadi masalah bagiku. Dimanapun aku berada, asal masih dalam lingkup perkeretaapian, maka disitulah aku membuat diri senyaman mungkin dengan kondisi yang seburuk apapun.

Begitu Mandra telah melewati jembatan Cikubang. Kami berdua berputar haluan alias berbalik arah menuju sasaksaat. Namun sayangnya Lukman tidak bisa ikut bergabung dengan RF yang dah Standby disana. Dia mendapat panggilan jiwa yang mengharuskannya pulang kembali ke Jakarta. Maklum, dia Guru Bahasa Arab di Sebuah Sekolah Swasta di Bekasi. Ia harus mempersiapkan keperluan buat keesokan harinya seperti Nyetrika, dll. Namanya juga Jomblo, masak-masak sendiri, nyuci baju sendiri.... tidur juga sendiri. Cewe-cewe ada yang minat gak neh ? he.. he..

"Gue Balik dulu Zips..."


Foto Bareng RF Lain & PPKA


Foto Bareng Terowongan Sasaksaat


Okeh.. mungkin ini aja yang bisa ditampilkan disini. kelanjutan cerita Ekspedisi ini akan disambung dengan judul yang lain (Cikubang/cirangrang atau apalah gituhhh). ditunggu ya... masih Upload dulu nehhhh


ALONE EXPEDITION
Ekspedisi Cirahayu
Nongkrong @ Cirahong Bridge

7 komentar:

  1. Balasan
    1. Bener kamu,berarti Cuma omong doang dari cerita orang dibikin seolah kaya pengalaman sendiri.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Namanya dongeng sih Cuma cerita doang,Hehehe……

      Hapus
  3. Balasan
    1. Deket Tangkubanprahu berarti dongeng sangkuriang jilid terakhir,Hahaha….

      Hapus